Rabu, 18 Januari 2017

CONTOH ptk

 MENINGKATKAN MINAT KONSELING
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 HARUAI MELALUI PENERAPAN KONSELING TERJADWAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Siswa baru tahun ajaran 2015/2016 di kelas VII SMP pada umumnya belum terlalu banyak pengalaman dalam memahami serta mengenal peran maupun fungsi BK (Bimbingan dan Konseling ). Dalam hal ini pemahaman terhadap BK sangat tergantung  kepada bagaimana kinerja guru pembimbingnya serta fungsi dan peran yang dilakukan dalam membimbing siswa. Berdasarkan observasi langsung di kelas, ternyata 98 % merasa malu, ragu, bahkan takut untuk berhubungan dengan guru pembimbing. Keadaan ini tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan sebab motto BK yang ”peduli siswa” tidak bisa diterapkan di sekolah secara benar.
Beberapa pendapat siswa menunjukkan bahwa guru pembimbing di SMP lebih berperan sebagai penegak disiplin dengan memberi sanksi terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Walaupun ada juga beberapa siswa yang menyatakan bahwa guru pembimbing menjadi tempat konsultasi namun jumlahnya sangat sedikit. Sebagian besar menganggap bahwa siswa  yang dipanggil atau berhubungan dengan guru pembimbing adalah mereka yang telah berbuat pelanggaran atau siswa yang diberi hukuman.

Dalam konsep bimbingan disebutkan bahwa salah satu kriteria keberhasilan BK adalah apabila siswa secara sukarela dengan inisiatif sendiri menghubungi guru pembimbing untuk mengikuti konseling. Selain itu pada hakekatnya pelaksanaan konseling adalah layanan utama bahkan sebagai jantungnya bimbingan dalam pengentasan masalah siswa. Berbagai kendala dalam pelaksanaan konseling seakan tetap tetap tidak bisa teratasi karena sebagian besar guru pembimbing memanggil siswa untuk konsultasi hanya pada siswa yang bermasalah baik karena adanya laporan dari guru lain atau berdasarkan data yang diperoleh langsung oleh BK. Pada akhirnya kesan bahwa siswa yang dipanggil adalah mereka yang dianggap memiliki masalah dan ini sebagai sesuatu yang ”buruk” sulit dihapuskan. Oleh karena itu kiranya mendesak untuk mengubah kesan negatif tentang panggilan guru BK. Panggilan terhadap siswa yang bermasalah saja atau bagi siswa yang berbuat pelanggaran yang dilakukan selama ini sudah sepatutnya dihindari. Hal ini disebabkan karena berdampak bagi rendahnya minat konseling siswa.
Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat konseling siswa sekaligus mengubah pandangan keliru tentang konseling adalah melaksanakan konsultasi  rutin bagi setiap siswa.  Dalam hal ini siswa yang memiliki masalah    (sedang bermasalah) atau pun mereka yang tidak atau belum bermasalah semuanya diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru pembimbing.
Salah satu argumentasi yang penting dikemukakan dalam kegiatan ini adalah bahwa orang dewasa pun butuh konsultasi dengan orang lain dalam menghadapi suatu permasalahan. Sehingga siswa yang masih remaja dan beranjak dewasa tentu wajar bila konsultasi dengan orang lain yang lebih dewasa termasuk kepada guru pembimbing.
Di samping itu kegiatan ini akan sedikit demi sedikit menghilangkan kesan negatif terhadap panggilan BK selama ini sebab semua siswa mendapat pelayanan. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat jadual konsultasi tetap bagi setiap siswa. Yang perlu diketahui bahwa  konsultasi  bukan sebagai tujuan tetapi proses bagi terlaksananya ”konseling” untuk mengentaskan masalah yang dialami setiap siswa.




B. Rumusan Masalah
 Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan minat konseling siswa  pada kelas VII SMP  Negeri 3 Haruai melalui penerapan konseling terjadwal ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan minat konseling siswa  pada kelas VII SMP  Negeri 3 Haruai melalui penerapan konseling terjadwal.

 D. Rencana Pemecahan Masalah
 a. Sesuai dengan permasalahan dalam latar belakang dan rumusan masalah, rendahnya minat konseling siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jika dianalisis lebih mendalam ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berkenaan dengan guru pembimbing sebagai pelaksana konseling. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar guru pembimbing, diantaranya adalah kebijakan kepala sekolah, pemahaman guru dan juga pengetahuan siswa tentang konseling.
      b.  Berdasarkan permasalahan ini, rencana pemecahan masalah yang akan digunakan yaitu :
       menggunakan pendekatan konseling terjadwal.
 c.  Pendekatan konseling terjadwal mengutamakan kesadaran diri, kesadaran meningkatkan mutu diri,  
      dan peningkatan kemampuan minat konseling diri dalam pengentasan masalah.
Langkah-langkah Pendekatan konseling terjadual yaitu: 1) guru menyampaikan inti konseling dan kompetensi yang akan dicapai, 2) siswa diminta untuk berfikir tentang permasalahan yang sedang di alaminya, 3) siswa diminta mengutarakan permasalahan yang sedang di alaminya, 4) guru meminta siswa mengemukakan hasil yang di dapat dari kegiatan konseling , 5) berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa, 6) siswa di berikan kesempatan memberikan kesimpulan kemudian di lanjutkan guru yang memberikan kesimpulan, 7) penutup.
      d. Keunggulan  konseling terjadual adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan partisipasi siswa           
          dalam proses pelaksanaan layanan konseling perorangan, 2 ) Cocok digunakan untuk kesadaran    
          diri, kesadaran meningkatkan mutu  diri, dan peningkatan kemampuan minat konseling diri dalam
          pengentasan masalah, 3) Memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi siswa dalam melakukan
         konseling lanjutan, 4) Interaksi antar konselor dan klien menjadi lebih mudah.
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa konsultasi yang dilaksanakan bukanlah tujuan yang ingin dicapai tetapi proses menuju pemberian layanan konseling kepada setiap siswa tanpa kecuali. Sehingga tujuan utama pelaksanaan kegiatan konsultasi ini adalah :
1.      Bagi siswa : siswa menjadi lebih paham tentang konseling. Bagi siswa yang memiliki masalah berat ataupun ringan semuanya diharapkan terentaskan. Sedangkan yang tidak memiliki masalah akan diberikan bekal pengetahuan atau keterampilan sebagai bentuk preventif sehingga mereka dapat tercegah atau mampu terhindar dari masalah yang mungkin akan dihadapinya.
2.      Bagi guru : menjadikan konsultasi sebagai langkah awal guna menarik minat siswa untuk mengikuti konseling dalam pengentasan masalah yang dialaminya dan Memberi motivasi kepada guru pembimbing untuk secara aktif serta ”tidak menunggu bola” dalam memberi pelayanan konseling terhadap siswa.
3.      Bagi sekolah : mengubah pemahaman yang salah terhadap kegiatan konseling ataupun kegiatan bimbingan secara umum baik oleh guru atau pun siswa yang menganggap berhubungan dengan BK hanyalah bagi orang yang bermasalah atau melakukan pelanggaran tata tertib saja. 
MENINGKATKAN MINAT KONSELING
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 HARUAI MELALUI PENERAPAN KONSELING TERJADWAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Siswa baru tahun ajaran 2015/2016 di kelas VII SMP pada umumnya belum terlalu banyak pengalaman dalam memahami serta mengenal peran maupun fungsi BK (Bimbingan dan Konseling ). Dalam hal ini pemahaman terhadap BK sangat tergantung  kepada bagaimana kinerja guru pembimbingnya serta fungsi dan peran yang dilakukan dalam membimbing siswa. Berdasarkan observasi langsung di kelas, ternyata 98 % merasa malu, ragu, bahkan takut untuk berhubungan dengan guru pembimbing. Keadaan ini tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan sebab motto BK yang ”peduli siswa” tidak bisa diterapkan di sekolah secara benar.
Beberapa pendapat siswa menunjukkan bahwa guru pembimbing di SMP lebih berperan sebagai penegak disiplin dengan memberi sanksi terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Walaupun ada juga beberapa siswa yang menyatakan bahwa guru pembimbing menjadi tempat konsultasi namun jumlahnya sangat sedikit. Sebagian besar menganggap bahwa siswa  yang dipanggil atau berhubungan dengan guru pembimbing adalah mereka yang telah berbuat pelanggaran atau siswa yang diberi hukuman.

Dalam konsep bimbingan disebutkan bahwa salah satu kriteria keberhasilan BK adalah apabila siswa secara sukarela dengan inisiatif sendiri menghubungi guru pembimbing untuk mengikuti konseling. Selain itu pada hakekatnya pelaksanaan konseling adalah layanan utama bahkan sebagai jantungnya bimbingan dalam pengentasan masalah siswa. Berbagai kendala dalam pelaksanaan konseling seakan tetap tetap tidak bisa teratasi karena sebagian besar guru pembimbing memanggil siswa untuk konsultasi hanya pada siswa yang bermasalah baik karena adanya laporan dari guru lain atau berdasarkan data yang diperoleh langsung oleh BK. Pada akhirnya kesan bahwa siswa yang dipanggil adalah mereka yang dianggap memiliki masalah dan ini sebagai sesuatu yang ”buruk” sulit dihapuskan. Oleh karena itu kiranya mendesak untuk mengubah kesan negatif tentang panggilan guru BK. Panggilan terhadap siswa yang bermasalah saja atau bagi siswa yang berbuat pelanggaran yang dilakukan selama ini sudah sepatutnya dihindari. Hal ini disebabkan karena berdampak bagi rendahnya minat konseling siswa.
Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat konseling siswa sekaligus mengubah pandangan keliru tentang konseling adalah melaksanakan konsultasi  rutin bagi setiap siswa.  Dalam hal ini siswa yang memiliki masalah    (sedang bermasalah) atau pun mereka yang tidak atau belum bermasalah semuanya diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru pembimbing.
Salah satu argumentasi yang penting dikemukakan dalam kegiatan ini adalah bahwa orang dewasa pun butuh konsultasi dengan orang lain dalam menghadapi suatu permasalahan. Sehingga siswa yang masih remaja dan beranjak dewasa tentu wajar bila konsultasi dengan orang lain yang lebih dewasa termasuk kepada guru pembimbing.
Di samping itu kegiatan ini akan sedikit demi sedikit menghilangkan kesan negatif terhadap panggilan BK selama ini sebab semua siswa mendapat pelayanan. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat jadual konsultasi tetap bagi setiap siswa. Yang perlu diketahui bahwa  konsultasi  bukan sebagai tujuan tetapi proses bagi terlaksananya ”konseling” untuk mengentaskan masalah yang dialami setiap siswa.




B. Rumusan Masalah
 Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan minat konseling siswa  pada kelas VII SMP  Negeri 3 Haruai melalui penerapan konseling terjadwal ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan minat konseling siswa  pada kelas VII SMP  Negeri 3 Haruai melalui penerapan konseling terjadwal.

 D. Rencana Pemecahan Masalah
 a. Sesuai dengan permasalahan dalam latar belakang dan rumusan masalah, rendahnya minat konseling siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jika dianalisis lebih mendalam ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berkenaan dengan guru pembimbing sebagai pelaksana konseling. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar guru pembimbing, diantaranya adalah kebijakan kepala sekolah, pemahaman guru dan juga pengetahuan siswa tentang konseling.
      b.  Berdasarkan permasalahan ini, rencana pemecahan masalah yang akan digunakan yaitu :
       menggunakan pendekatan konseling terjadwal.
 c.  Pendekatan konseling terjadwal mengutamakan kesadaran diri, kesadaran meningkatkan mutu diri,  
      dan peningkatan kemampuan minat konseling diri dalam pengentasan masalah.
Langkah-langkah Pendekatan konseling terjadual yaitu: 1) guru menyampaikan inti konseling dan kompetensi yang akan dicapai, 2) siswa diminta untuk berfikir tentang permasalahan yang sedang di alaminya, 3) siswa diminta mengutarakan permasalahan yang sedang di alaminya, 4) guru meminta siswa mengemukakan hasil yang di dapat dari kegiatan konseling , 5) berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa, 6) siswa di berikan kesempatan memberikan kesimpulan kemudian di lanjutkan guru yang memberikan kesimpulan, 7) penutup.
      d. Keunggulan  konseling terjadual adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan partisipasi siswa           
          dalam proses pelaksanaan layanan konseling perorangan, 2 ) Cocok digunakan untuk kesadaran    
          diri, kesadaran meningkatkan mutu  diri, dan peningkatan kemampuan minat konseling diri dalam
          pengentasan masalah, 3) Memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi siswa dalam melakukan
         konseling lanjutan, 4) Interaksi antar konselor dan klien menjadi lebih mudah.
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa konsultasi yang dilaksanakan bukanlah tujuan yang ingin dicapai tetapi proses menuju pemberian layanan konseling kepada setiap siswa tanpa kecuali. Sehingga tujuan utama pelaksanaan kegiatan konsultasi ini adalah :
1.      Bagi siswa : siswa menjadi lebih paham tentang konseling. Bagi siswa yang memiliki masalah berat ataupun ringan semuanya diharapkan terentaskan. Sedangkan yang tidak memiliki masalah akan diberikan bekal pengetahuan atau keterampilan sebagai bentuk preventif sehingga mereka dapat tercegah atau mampu terhindar dari masalah yang mungkin akan dihadapinya.
2.      Bagi guru : menjadikan konsultasi sebagai langkah awal guna menarik minat siswa untuk mengikuti konseling dalam pengentasan masalah yang dialaminya dan Memberi motivasi kepada guru pembimbing untuk secara aktif serta ”tidak menunggu bola” dalam memberi pelayanan konseling terhadap siswa.
3.      Bagi sekolah : mengubah pemahaman yang salah terhadap kegiatan konseling ataupun kegiatan bimbingan secara umum baik oleh guru atau pun siswa yang menganggap berhubungan dengan BK hanyalah bagi orang yang bermasalah atau melakukan pelanggaran tata tertib saja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar